Jumat, 09 Oktober 2009

BEBERAPA KATA MUTIARA

Waktu kita lahir, kita menangis dan orang-orang di sekeliling kita tersenyum.
Jalanilah hidup kita sehingga pada waktu kita meninggal, kita tersenyum dan orang-orang di sekeliling kita menangis…

Masa depan yang cerah berdasarkan masa lalu yang telah dilupakan.
Kita tidak dapat melangkah dengan baik dalam kehidupan sampai kita melupakan kegagalan dan rasa sakit hati kita…

Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan.
Tetapi sering kali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup, sehingga tidak melihat pintu yang lain yang dibukakan bagi kita.
Carilah pintu-pintu kebahagiaan kita yang terbuka itu…

Tanda-tanda orang yang budiman adalah dia akan merasa gembira jika dapat berbuat kebaikan kepada orang lain dan dia akan merasa malu apabila menerima kebaikan dari orang lain…

Gunakan hidup kita untuk memberi sebanyak-banyaknya bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya, karena memberi seperti matahari dan membawa ketenangan hati.

Orang yang bahagia itu akan selalu:
Menyediakan waktu untuk membaca, karena membaca itu sumber hikmah.
Menyediakan waktu untuk bercanda, karena bercanda akan membuat jiwa selalu muda.
Menyediakan waktu tertawa, karena tertawa itu musiknya.
Menyediakan waktu untuk berfikir, karena berfikir itu pangkal kemajuan.
Menyediakan waktu untuk beramal mulia, karena beramal itu pangkal kejayaan.
Menyediakan waktu untuk beribadah, karena beribadah adalah ibu dari segala ketenangan jiwa.

2 komentar:

  1. Setuju..bro

    Wal asri innal insana lafi husrin ………

    Semua adalah Sang pengembara waktu dan semua adalah orang-orang yang Rugi
    Yang Rahman Rohim adalah orang yang selalu berwasiat dalam Kesabaran dan Kebenaran

    Orang yang bahagia adalah Menyediakan waktu untuk membaca, karena membaca itu sumber hikmah.
    Sang Pencinta itulah Sang Asri, Sang Hikmah, Sang Rahman Rohim
    Yaitu orang yang tahu bagaimana membaca keadaan, membaca alam utamanya, membaca kejadian dirinya dengan tujuan untuk menemukan Tuhannya, karena barang siapa mengenal dirinya akan mengenal tuhannya, Kent U Zelf (kenalilah dirimu sendiri), Tuhan lebih dekat dari urat nadi, Baik buruk seseorang ditentukan oleh segumpal darah (niat hatinya) ini sangat terkait dengan ilmu hikmah yakni sesuatu yang memberikan rasa adil terhadap dirinya, berusaha berbuat adil terhadap dirinya yang pada muaranya akan berkembang kepada perbuatan adil terhadap keluarga, lingkungan sekitar dan sesamanya, sangat mungkin hal yang demikian disebut ratu adil yaitu kemampuam yang dapat meratui, merajai, mengendalikan dirinya sendiri dari sifat-sifat Sufiah (yang serba berkeinginan), Amarah (yang serba membakar ambisi dan emosi saja) , Lauwamah (yang serba enak dan serakah saja) dan memberikan peluang yang besar untuk menumbuhkembangkan sifat dan perwatakan yang Muth’mainah (yang berkesusilaan dan berketuhanan), barulah dia mampu menilai apa yang ada diluar dirinya, jadilah dia Sang Adly yang Pencinta … demikian akan berkembang rasa yang menentramkan yaitu Muth’mainah (hai Jiwa yang tenang kembalilah pada Tuhanmu dengan rasa senang dan disenangi, ridlo dan diridloi……. Al fajri 72), keindahan Sang Pencinta adalah kemampuannya meng-upgrade, menata dan mengendalikan empat perwatakan dan mewujudkan dalam laku yang serba terpuji.

    Menyediakan waktu untuk bercanda, karena bercanda akan membuat jiwa selalu muda.
    Sang Pencinta itulah Sang Waktu dan Sang Jiwa
    Sang Adly yang Pencinta dalam pengembaraannya akan selalu merasa gembira tidak karena bercanda tetapi bersukacita dengan diri dan tuhannya dan selalu bersemangat karena dirinya adalah jiwa yang absolut dengan samudra spiritusnya bukan jasmani yang serba relatif dan empirik. Bercanda adalah satuan terkecil dari Jiwa Muth’mainah, Muda adalah satuan terkecil dari (awal) Tua dan Tuahnya Sang Adly yang Pencinta.
    Jiwa muda hanya lebih mengutamakan semangat (amarah) dan mengembangkan ide (sufiah), Sang Muda akan selalu mencari jatidirinya berdasarkan apa yang dia lihat dan dengarkan kemudian anak panah dia arahkan pada alam ide untuk menemukan yang cocok dan enak bagi dirinya nanti dan nantinya, karena Sang Muda belum pernah kenal dengan Sang Ketentraman.

    Menyediakan waktu tertawa, karena tertawa itu musiknya.
    Bercanda adalah satuan terkecil dari Jiwa Muth’mainah maka buahnya canda itu adalah tawa, menyenangkan seiring dengan deguban jantung untuk mengalirkan darah keseluruh tubuhnya untuk menjamin tenaga tawanya yang renyah nan sekilas itu selanjutnya tersapu waktu tanpa makna apapun jua. Kalau tidak ada makna silaturahmi maka sebenarnyalah makna sia-sia sajalah yang merona.

    BalasHapus
  2. Menyediakan waktu untuk berfikir, karena berfikir itu pangkal kemajuan.

    Sang Pemikir itu Ta’kilun, Tatafakarun. Sang Aqly yang bertafakur adalah proses dalam suatu system Taqarub (untuk menjadinya Muqorobbien), Multiple Thoreq itulah Sang Aqly, tetapi Sang Aqly memilih jalan Tafakkur (Iqro’nya sang Aqly) untuk memastikan jalan taqarubnya, sayangnya .. untuk mendekatkan kepada tuhannya yang didekati adalah tuhan buatannya masing-masing ( contoh tuhan-tuhan yang paling kuat kecenderungannya adalah beriman pada Tuhan-tuhan Doa yang dikendalikan oleh SUFIAH (Sang Pemuas Keinginan), Tuhan-tuhan Amarah (Sang Pemuas Pujian), sehingga Tuhan yang dimaksud Tuhan tidaklah sama dengan Tuhan yang dimaksudkan oleh Sang Aqly, akibatnya adalah Pangkal Kemajuannya adalah Pangkal Kegagalan Jiwa Muth’mainahnya. Sang Pencinta tidaklah mau terjebak dalam kekalutan karena dia Sang Pengurai, Dia tidak taqarub karena dia muru’ah, Dia tidak mendekat karena dia dekat. Sang Pencinta tidaklah maju dan tidak pula mundur karena baginya hanya Cintalah yang Abadi.

    Menyediakan waktu untuk beramal mulia, karena beramal itu pangkal kejayaan.

    Sang Pencinta selalu mengamalkan kemulian, dia tidak beramal untuk mencari kemulian dan kejayaan. Dia selalu memuliakan jiwanya dalam rangka pencapaianya kepada Sang Kerajaan Tuhan yang tidak sekedar kejayaan. Cintanyalah yang dapat mencapai kemulian dan kejayaan itu, Cintanyalah itu yang membawa kedalam Kerajaan Tuhan sebagai Sang Causa Prima (Sebab utama Kejadian), maka menjadi usanglah pada bahasan dan batasan yang serba duniawiyah dan serba relatif.
    Kejayaan itu silih berganti … Kejayaan itu mengisi hati dan fikiran …. Kejayaan tidak dapat melapangkan hati …. Kejayaan tidak dapat memanjangkan Nalar karena kejayaan minta dilayani bukan melayani , tidaklah seperti Sang Pencinta yang selalu melayani sebagai mahluk ori, derivat dari General Customer Service Causa Prima.

    Menyediakan waktu untuk beribadah, karena beribadah adalah ibu dari segala ketenangan jiwa.

    Jujurlah bahwa ibadah yang kita lakukan telah memberikan manfaat yang mampu merubah persifatan dan perwatakan serta perilaku kita yang lebih baik, lebih halus dan lebih berguna serta lebih segalanya yang baik-baik saja tentunya. Kalau kita belum merasakannya sedangkan ibadah yang kita lakukan telah melampaui 30 tahun (dimulai dari umur 15th (Akilbalik)) maka ada baiknya kita lakukan reenginering ataupun redefine terhadap pemaknaan hidup dan agama.
    Carilah yang benar-benar dapat dirasakan dan dinikmati sehingga rasa berketuhanan dan berkemanusiaan benar-benar hidup didalam fikiran(brain), hati(feels) serta perilaku (action) keseharian.

    mohon maaf apabila ada kekhilafan
    sempurnakan dunia ini
    Salam sejahtera untuk semuanya
    Ibnu Tursina

    BalasHapus